Rabu, 29 Agustus 2012

Epistimologi


Epistimologi atau Teori Pengetahuan
Disampaikan oleh Yusmadi.


I.                   Pendahuluan

I.1. Latar Belakang Masalah

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (antologi), bagaimana (epistimologi),dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.Antlogi adalah pembahasan tentang hakikat pengetahuan, epitimologi adalah pembahasan tentang metode dan landasan pemikiran yamg dipakai sampai kepada pengetahuan yang ilmiah,dan aksiologi adalah pembahasan tentang apa dan bagaimana fungsi pengetahuan itu bagi kehidupan manusia.  Ketiga landasan ini saling berkaitan,maka epistimologi  dikaitkan dengan antologi dan aksiologi ilmu. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan.Maka ilmu diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.Pemecahan tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam.Jadi dengan ilmu,manusia mencoba menguasai alam ini.
Berdasarkan landasan antologi dan aksiologi seperti itu maka bagaimana sebaiknya kita mengembangkan landasan epistimologi yang cocok?.Persoalan yang utama dihadapi oleh tiap epistimologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek antologi dan aksiologi masing-masing.Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam
I.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a.       Apa yang dimaksud dengan Epistimologi?
b.      Apa yang terkandung dalam epistimologi?
c.       Apa saja sumber dan teori pengetahuan ?
d.      Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan secara epitimologi?
II.                Pembahasan

A.    Pengertian Epistimologi.

Kata Epitimologi berasal darei kata Yunani yaitu “episeme” dan “logos”.epise diartikan sebagai pengetahuan dan logos diartikan sebagai pikiran.Maka secara bahasa dapat diartikan sebagai pengetahuan yang benar.[1]
            Epistimologi atau teori pengetahuan dalam pengertian tang luas merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang ilmu pengetahuan.Sebagai cabang filsafat, epistimologi mempelajari dan mencoba menentukan hakikat pengetahuan. Maka jika kita fahami lebih luas, bahwa epistimologi berbicara tentang asal mula pengetahuan, sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validitas, dan kebenaran pengetahuan.

B.     Problematika Epistimologi.
Dalam kajian epistimologi, kebenaran amat penting karena salah satu definisi filsafat adalah cinta kebenaran. Aristoteles seorang filosof Yunani sangat menghormati guru Plato, Aristoteles pernah berkata Plato bernilai dan kebenaran juga bernilai, namun kebenaran lebih bernilai dari Plato[2].
Al-Gazali adalah ilmuwan Islam yang sangat serius mencari kebenaran sampai dia mengalami keraguan hingga melemah fisiknya. Pertama kali ia mempelajari ilmu kalam, tetapi dalil ilmu kalam belum bisa mengobati keraguannya. Menurutnya dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran yang satu sama lainnya bertentangan dan setiap golongan merasa dirinya yang paling benar, hingga timbul pertanyaan pada dirinya, aliran yang mana yang paling benar?.
Kemudian dia mempelajari filsafat, ternyata dalam filsafat dia tidak menemukan kebenaran bahkan menyesatkan karena itu dia mengkritik filosof habis-habisan, lalu ia mempelajari ajaran bathiniyah yang beranggapan bahwa kebenaran itu berasal dari imam yang ma’sum, lalu dia bertanya lagi, apa criteria imam yang ma’sum itu?.
Setelah mengalami proses yang panjang, al-Ghazali menemukan kebenaran lewat tasawuf sehingga ajaran tasawuflah yang menghilangkan keraguannya. Pengetahuan mistik menurutnya adalah cahaya yang diturunkan oleh Allah kedalam dirinya. Cahaya itu adalah cahaya yang menyinari diri seseorang hingga terbukanya tabir yang merupakan sumber segala pengetahuan.
Karl Popper, filosof Jerman menegaskan bahwa pemikiran yang sudah dianggap benar perlu digugat kembali dengan cara mengadakan dekontruksi pemikiran, yaitu mengadakan pengkajian ulang terhadap data-data yang belum terkumpul . Suatu teori yang sudah dianggap benar maka teori itu haruis tahan uji, yaitu dengan mencari data baru, kalau data yang lama itu bertentangan dengan data yang baru, maka teori tersebut akan batal dengan sendirinya, tetapi jika teori lama sesuai dengan teori yang baru, maka teori yang lama akan menjadi lebih kuat.[3]
Harun Nasution juga meragukan kemutlakan kebenaran ilmiah karena data yang belum terungkap lebih banyak dari data yang telah terungkap.Kebenaran ilmiah tidak dapat dikatakan kebenaran yang sampai kepada  hakikat sesuatu tetapi hanya mendekati suatu hakikat karena kebenaran ilmiah tidak mendatangkan keyakinan yang kuat.[4]
Copernicus dan Galilio, tokoh Gereja yang pertama kali membantah cara deduktif  dengan mengemukakan penemuannya yang bersipat empiris. Sebagaimana diketahui bahwa Claudius Ptololeus, ahli piker abad ke dua masehi menganut paham bahwa bumi adalah pusat jagat raya, mataharilah yang mengelilingi bumi (geosentris). Setelah mengadakan penelitian Copernicus membuktikan bahwa teori itu tidak benar dan sebaliknya bukan bumi yang diam tetapi bumi beredar mengelilingi matahari.[5]

C. Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar,yaitu berdasarkan pada rasio yang disebut dengan rasionalisme dan berdasarkan pada pengalaman yang disebut dengan empirisme dan intuisi yaitu pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.
Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.Paham ini dikenal dengan nama idealisme..Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya.Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersipat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya.Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlalu dalam alam sekitar kita.Jadi ide bagi kaum rasionalis adalah bersipat apriori dan prapengalaman yang di dapatkan manusia lewat penalaran rasional.[6]
Masalah utama yang timbul dari cara berpikir ini adalah mengenai criteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menurut yang lainnya tidak.Ide yang satu menurut si A adalah mungkin bersipat jelas dan dapat dipercaya  namun hal itu belum tentu bagi si B.Mungkin saja bagi si B menyusun sistem pengetahuan yang sama sekali lain dengan sistem pengetahuan si A karena si B mempergunakan ide lain yang bagisi B merupakan prinsipyang jelas dan dapat dipercaya.Oleh sebab itu penalaran  rasional akan di dapat bermacam-macam pengetahuan mengenai suatu objek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima semua pihak,maka pemikiran rasional cendrung untuk bersipat solipsistic dan subyektif.
Sedangkan kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan di dapatkanlewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkrit.Gejala-gejala alamiah menurutnya bersipat konkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia.Gejala itu kalau ditelaah lebih lanjut mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai pola yang teratur tentang kejadian sesuatu.Contohnya,suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang,langit mendung akan diikuti turunnya hujan.maka pengamatan akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala dengan mengikuti pola tertentu.Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yangtelah terjadi.dengan menggunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersipat individual.
Intuisi dan wahyu adalah cara mendapatkan pengetahuan selain rasionalisme dan empirisme .Pengetahuan yang di dapatkan melalui rasional maupun secara empiris ,kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah rangkaian penalaran.Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.Intuisi bersipat personal dan tidak bias diramalkan..sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi tidak bisa diandalakan.Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakanna.Kegiatan intuitif dan analisis bias bekerja saling membantu dalam menentukan kebenaran.Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman puncak sedangkan bagi Nietzsche merupakan intelegensi yang paling tinggi.[7]
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaiak oleh Tuhan kepada manusia.Pengetahuan itu disalurkan melalui nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman.agama merupakan pengetahuan yang mencakup masalah-masalah yang bersipat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia,dan hari akhirat.pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan hal-hal yang gaib.kepercayaan kepada tuhan merupakan sumber pengetahuan.Nabi sebagai perantaraNya merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan.Agama dimulai dengan rasa percaya da lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu bias meningkat  atau menurun,sedangkan ilmu pengetahuan dimulai dengan rasa tidak percaya dan setelah melalui proses pengkajian ilmiyah bias diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.Intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat wahyu melalui perenyngan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam Islam ma’rifat diperoleh melalui perenungan dan penyinaran dari Tuhan.[8]
D.      Teori  Pengetahuan
Pengetahuan ilmiah yang didapatkan melalui metode ilmiyah dan tidak semua pengetahuan dapat di sebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara memdapatkannya memenuhi syarat-syrat tertentu.Ada beberapa metode dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah ,yaitu:

a.    Metode Induktif
Induktf yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan –pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Ilmu-ilmu empiris ditandai dengan metode induktif.Suatu inferensi bias disebut induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal,seperti gambaran hasil pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan-pernyataan universal.Contoh,kalau logam dipanasi ia akan mengembang,berdasarkan dari teori ini kita akan tahu bahwa logam lain kalau dipanasi juga akan mengembang.
b.    Metode Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan  itu sendiri.ada penyelidikan bentuk logis teori utu dengan tujuan  apakah teori tersebut mempunyai sipat empiris atau ilmiah,ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik.Contoh,jika penawaran besar,haga akan turun,karena penawaran beras besar maka harga beras akan turun.
c.    Metode Positivisme
Metode ini diciptakan oleh August Comte (1798-1857) .Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui ,yang factual,yang positif.Ia mengenyampingkan segala uraian /persoalan diluar yang ada sebagai fakta.Ia menolak metafisika.Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala.Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
d.   Metode Kontemplatif
Metode ini menyatakan bahwa ada keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi,seperti yang dilakukan oleh al-Ghazali.
e.    Metode Dialektis
Dalam filsafat,dialektika mula-mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai keernihan filsafat.Metode inidiajarkan oleh Sokrates .Namun Plato menamainya dengan diskusi logika.Kini dialektika berarti tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan  juga analisis sistematik tentang ide-ide utuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.[9]

E. Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern dan Kontemporer secara Epistimologi.
Sebagai cir yang patut mendapat perhatian dalam epistimologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.Pandanganitu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles ,yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung namun harus bersikap kontemplatif  diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia dibumi ini.
Pada abad-abad berikutnya di dunia pada umumnya timbul suatu tekad untuk berlomba mencari kebenaran suatu ilmu sehingga dapat dirasakan  kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia membawa perkembangan manusia pada masa depan yang semakin maju.Hasilnya ilmu pengetahuan selama masa modern mengubah manusia dan dunianya.Terjadilah revolusi industri  I mulai sekitar tahun  1800 dengan pemakaian mesin-mesin mekanis,lalu revolusi industri II mulai tahun 1900 dengan pemakaian listrik dan awal pemakaian sinar-sinar dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan kekuatan alam dan penggunaan computer yang sedang kita nikmati saat ini.
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia dan ilmuan akan selalu berinovasi dan berkreasi untuk penemuan-penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecendrungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan,baik dalam dunia teknik mikro maupun makro.dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan semakin meningkat keinginan manusia ,memaksa,merajalela akibatnya  hasil dari ilmu pengetahuan manusiawi lagi bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri.Dan dipihak lain hasil ilmu pengetahuan bisa mengancam kehidupan manusia itu sendiri,seperti lomba persenjataan,menguras kekayaan bumi yang tidak bisa diperbaharui lagi,dll.
Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam lingkungan ilmuan yang prihatin terhadap  perkembangan teknik, industri dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi ini.
Gregory Bateson melihat secara mendasar permasalahan yang ditimbulkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .Menurutnya sebab-sebab utama yang menimbulkan krisis ialah kesalahan epistimologi  barat.Ini semua berkisar dari insektisida  sampai polusi ,jarahan radio aktif dan kemungkinan mencairnya es antartika.desakan kuat kita untuk menyelamatkan kehidupan individu yang akan mendatang bahaya kelaparan dunia di masa mendatang.  
               Ilmu pengetahuan harus bernilai praktis bagi manusia ,diantaranya dalam  betuk teknologiAkibatnya menaklukkan alam an mengekspoitasinya tidaklah dapat dianggap kesalahan,karena metode yang digunakannya adalah deduksi-induksisebagai pengaruh dari pemikiran positivisme.
               Metode ini amat dominant dalam epistimologi modern ,khususnya dalam metode keilmuan,ketiga objek yang dikaji adalah realitas empiris,inderawi,dan dapat dipikirkan dengan rasio.Hermen Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan  dari epistimologi diatas adalah budaya inderawi,secular,humanistic,utiliter, dan hedonistik.
            Tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam ,alam dipandang sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati dengan tidak memperhatikan akibat-akibat negatifnyauntuk masa mendatang.
            Nasr mengkritik ilmu pengetahuan modern barat bahwa ilmu modern mereduksi seluruh esensi dalam pengertian metafisik,kepada material dan substansial.Pandangan dunia metafisisnyaris sirna dalam ilmu pengetahuan modern.kalaupun ada metafisik mereduksi menjadi filsafat rasional sekedar pelengkap ilmu pengetahuan  alam dam matematika.Ilmu pengetahuan modern menyingkirkan  kosmologi,pada hal kosmologi ilmu sacral yang menjelaskan kaitan materi  dengan wahyu dan doktrin metafisis.
            Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan di zaman kontemporer  ditandai dengan berbagai teknologi canggih.Teknologi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan yang pesat .Mulai dari penemuan computer ,satelit komunikasi,interet,,dll.Manusia dewasa ini memiliki mobilitas yang tinggi karena pengaruh teknologi komunikasi dan informasi.
            Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam.Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam.Ilmu kedokteranpun semakin menajam  dalam spesialis dan subspesialis.[10]  
III.             Kesimpulan

Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat. Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi, juga ontologi dan aksiologi. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori tentang “ada”, yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan, mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi).
Namun demikian, ketika kita membicarakan epistemologi disini, berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan. Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi. Oleh karena itu, kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi, mulai dari pengertian, problematika epistimologi, sumber pengetahuan, teori pengetahuan, dan perkembangan ilmu pengetahuan secara epistimologi



Daftar Kepustakaan

Amsal Bakhtiar,(2011),Filsafat Ilmu,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
………………,(2011),Filsafat Agama, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu
Jujun S Suriasumantri,(2009),Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta:Pustaka Sinar harapan.


[1] . http://astaqauliyah.com/2007/05/epistemologi-pengertian-sejarah-dan-ruang-lingkup/ 8/4/2011
[2] . Amsal Bakhtiar,Filsafat Agama, ( PT Logos Wacana Ilmu,Ciputat,2011 ),hal  27
[3] . Ibid,hal 29

[4] . Ibid.hal 30
[5] . Ibid,hal 31
[6] . Jujun Surya Sumantri,Filsafat Ilmu (Pustaka Sinar Harapan,Jakarta 2009) hal 51.
[7] . Ibid hal 53
[8] . Filsafat Agama,opcit,hal  50
[9] . Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu (PT Raja Grafindo,Jakarta.2011) hal 152-155
[10] . Ibid hal 157-161

1 komentar:

  1. assalamualaikum wr.wb mohon ijin beratnya pak utz apa yang dimaksud dengan masalah transedental ? dan apa saja itu masalah transedental ?? trimakasaih wasalamualaikum wr.wb

    BalasHapus