Minggu, 02 September 2012

أنماط التقويم في الكتاب المدرسي (Pola-Pola Evaluasi Pada Buku Ajar)

Disampaikan oleh Yusmadi, S.Ag, MS

1.      Pendahuluan

Di negara-negara yang sudah maju, pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk beberapa masalah tertentu, kesejahteraan banga dibebenkan ke pundak sekolah dan universitas.

Diakui bahwa kritik-kritik sering muncul tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang, kurikulum yang kurang tepat dengan mata pelajaran, terlalu banyak dan tidak fokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Namun masalah yang paling urgen pada setiap sistem pendidikan yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.

Kesadaran akan hal tersebut merupakan salah satu langkah ke arah perbaikan, evaluasi dapat memberikan pendekatan banyak lagi dalam memberikan informasi kepada pendidikan untuk membantu perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan. Dengan demikian evaluasi berperan penting dalam mengukur keberhasilan dan pencapaian proses pendidikan.

Pada makalah ini penulis akan memapaparkan evaluasi pembelajaran, pola-gpola evaluasi, macam-macam bentuk evaluasi, tujuan evaluasi serta perbedadaan antara evaluasi, penilaian dan pengukuran.

2.      Pembahasan

Dewasa ini hampir setiap orang mampu berbicara tentang Evaluasi. Kata yang memiliki konsep yang luas ini pun selalu dihubungkan dengan hasil belajar, untuk mengetahui lebih jauh apa yang dimaksud dengan evaluasi, berikut akan dikemukakan beberapa pendapat tentang hal itu.

2.1  Pengertian Evaluasi

Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation , dalam bahasa Arab al-Taqdir (التقدير) dalam bahasa Indonesia berarti Penilaian, akar katanya value “nilai” dalam bahasa Arab (القيمة)[1]. Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum cukup, dan sebagainya. Secara luas Mehrens & Lehmann menggungkapkan dalam Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran oleh Ngalim Purwanto, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan[2]. Sesuai dengan pengetian tersebut, maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data.

Menurut istilahy, sebagaimana dikemukakan oleh Edwin Wandt & Gerald W. the value of something, menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu[3]. Untuk memberikan pemahaman yang jelas tetang makna evaluasi, Gronlund & linn (1985:5) seorang pakar pendidikan pengajaran mendefinisikan “Evaluation is a systematic process of collrcting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to wich pupils are achieving intruductional objectives. Evaluation answers the question ‘How Good ?’ “.[4] Definisi tersebut menjelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu proses  yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data-data untuk menentukan apakah seorang siswa dipandang telah  mencapai target pengetahuan atau keterampilan yang dirumuskan dalam tujuan pengajaran.

Selain istilah evaluasi, terdapat juga istilah Asemen, istilah ini semakin populer sejak dikembangkannya kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Duncan  dan Dunn (1992) mengemukakan pengertian asesmen sebagai proses mengumpulkan informasi oleh guru tentang murid, atau oleh guru tentang pengajarannya, atau oleh siswa tentang kegiatan belajarnya. M. Nur (2004) dalam bukunya Pengajaran Berdasarkan Masalah mengemukakan asesmen merupakan proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya tentang siswa dan kelas untuk tujuan pembuatan keputusan pengajaran.[5] Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.[6]
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.[7]
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”.[8]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis memformulasikan bahwa :
a.       Evaluasi, adalah suatu proses penentuan keputusan tentang kualitas suatu objek atau aktivitas dengan melibatkan pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan ditafsirkan secara sistematis.
b.      Pengukurannya, merupakan bagian dari evaluasi yang berupa produser pengumpulan data dan informasi numerik yang diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan dalam evaluasi.
c.       Tes, adalah salah satujenis alat untuk memperoleh data numerik atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu  bahan pertimbangan dalam melakukakan evaluasi.
Dengan demikian, evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu “pengukuran dan penilaian “. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukura15/11/2011n itu adalah pengujian, dan pengujian dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.
                                                             
2.2  Tujuan Dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Adapun tahap evaluasi merupakan tahap kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil dari evaluasi merupakan masukkan untuk proses pengembangan program lebih lanjut. Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk : (a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan, (b) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial teaching, dan (c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.[9]
Abdul Rahman bin Ibrahim Fauzan menyebutkan beberapa tujuan evaluasi pada buku ajar, yaitu;[10]
1.Mendiagnosa aspek kinerja siswa
2. Menentukan aspek-aspek yang mudah dan sulit dalam isi buku untuk mengukur kemampuan siswa
3. Mengemukakan ben
tuk-bentuk contoh untuk guru dalam penyusunan evaluasi
4. Membantu guru untuk melihat kemampuan siswa

Berdasarkan pendapat diatas, maka evaluasi dapat megetahui kelemahan dan kekuranga proses pembelajaran, sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan dan dapat mengetahui tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Evaluasi mempunyai kedudukan strategis dalam program pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian internal dari program pembelajaran dan merupakan tahap terakhir.  
Fungsi evaluasi adalah (a) secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu  sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, (e) untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.[11]
Selain Fungsi di atas, fungsi evaluasi juga dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar, (c) diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar, (d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.[12]
Karena itu, persoalan yang berkaitan dengan evaluasi baik  konsptual maupu maupun praktis, mutlak perlu dipahami oleh pelaksana program pembelajaran.
2.3  Jenis-Jenis Evaluasi
      Berdasarkan pada tujuannya, maka jenis-jenis evaluasi ada lima:
1. Evaluasi diagnostik, yaitu evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan              kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif, adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan, yaitu evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa. 4. Evaluasi formatif, adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5. Evaluasi sumatif, adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.[13]
Sementara berdasarkan pada lingkup kegiatan pembelajarannya, maka jenis-jenis evaluasinya akan meliputi :
1. Evaluasi program pembelajaran, yaitu evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran, adalah evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti prosespembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran, yaitu evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.[14]
Sedangkan menurut waktu pelaksanaannya, evaluasi itu dibagi tiga
1.      Evaluasi Awal, jenis evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi dasar kemapuan siswa pada pengalaman belajar.
2.      Evaluasi Perkembangan, evaluasi ini dilakukan untuk melihat perkembangan, dan kendala siswa selama proses pembelajaran.
3.      Evaluasi Akhir, evaluasi ini dilakukan di akhir pembelajaran untuk menilai seluruh pengalaman dan pengetahuan tentang prestasi positif atau negative yang muncul selama proses pembelajaran
4.      Evaluasi Interatif,  ialah  mencakup semua bentuk evaluasi atau penilaian baik di awal, tengah dan akhir secara berkesinambungan dan sistimatis
2.4 Bentuk-Bentuk Evaluasi Pada Buku Ajar
Buku ajar merupakan salah satu bentuk dari bahan ajar, buku ajar menpunyai peran penting dalam menunjang proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Seperi yang diungkapkan M. Ngalimin Purwanto yang dikutip dari pendapat Wrightstone yang menggolongkan macam-macam alat evaluasi pada sembilan kelompok;[15]
1.      Short Answer Tests
2.      Essay and Oral Exminations
3.      Observation and Anecdotoral Record
4.      Questionaires, Invetories and Interviews
5.      Checklists and Rating Scales
6.      Personal Report and Projective Tecniques
7.      Sociometric Methods
8.      Case Studies
9.      Cumulative Records
           Untuk melakukan evaluasi hasil mengajar dan belajar, maka seorang guru mengunakan Standardized Test yaitu tes yang telah mengalami standarisasi dan memenuhi prinsip-prinsip evaluasi nantinya.

2.5  Prinsip-Prinsip Evaluasi
         Dalam menjalankan proses pembelajaran tedapat prinsip-prisip evaluasi yang perlu diperhatikan, yaitu;
1.      Menyeluruh[16], adalah yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
2.      Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian siswa.
3.       Valid, penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
4.      Berorientasi pada kompetensi, dalam hal ini harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
5.      Adil dan obyektif, dalam penilaian tidak melihat pada latar belakang siswa dan pandangan sujektifitas individu siswa.
6.      Bermakna, diharapkan evaluasi mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
            Guru sebagai seorang yang menjalankan program pada proses pembelajaran hendaklah mengetahui, memahami dan merealisasikan prinsip-prinsip evaluasi ini dengan baik agar terukur dan terujud penilaian yang bertanggung jawab.
2.6  Kriteria Evaluasi Pada Buku Ajar
Sebagaiman Rusydi Ahmad Thoimah menulis tentang kriteria evaluasi pada buku ajar dalam bukunya  ‘Idaadu  Mawaadi Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah Lighairi an-Naathiqin Biha,yaitu;[17]
1.      Evaluasi hendaknya mencerminkan tujuan buku, basis penulis dan persepsi dari proses keterampilan bahasa asing yang diperoleh
2.      Terkait dengan poin sebelumnya bahwa buku evaluasi sering tes realis. Perbedaan jelas antara tes  realisasi dan  tes kemampuan. Yang pertama dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa untuk menyerap informasi tertentu yang terkandung dalam sebuah buku tertentu, sedangkan yang kedua bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa untuk performansi linguistik pada umumnya, tanpa melekat pada sebuah buku tertentu atau programtertentu.
3.      Buku evaluasi mampu mengukur secara keseluruhan.
4.      Ciri dari sebuah buku evaluasi yang baikadalah mampu mendistribusikan ke setiap pelajaran dan bahwa dalam setiap pelajaran terkait dengan dua hal: isi dari pelajaran sebelumnya dan pelajaran yang akan datang.

2.7  Perbedaan antara Latihan, at-Tadrib dan Evaluasi
     Sebagian pendapat bercampur dalam membedakan antara at-Tarib (Drill) dengan Taqwim (evaluasi), yang terletak pada bentuk tes dan pelaksananya. Sebagaimana Rusydi Ahmad Thoimah menulis tentang pebedaan evaluasi dan at-Tadrib             dalam bukunya  ‘Idaadu  Mawaadi Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah Lighairi an-Naathiqin Biha,yaitu;[18]
1. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan,yang sementara at-Tadrib dilakukan sesudah belajar.  
2. Tujuan Evaluasi untuk mengukur tingkat kevalidan dan ketentuannya. Dan latihan sangat membantu melihat kemampuan siswa.
3. Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa latihan adalah bentuk penegasan langsung, sedangkan evaluasi adalah bentuk penegasan  
4. Latihan, meliputi pelatiahan satu maharah saja 
5. Keberadaan Guru dalam hal ini hanya bersifat membimbing.
  At-Tadribad merupakan latihan yang dilakukan selama dan setelah materi pembelajar ini, dapat membantu guru atau pendidik dalam nengukur kemampuan siswa, sedangkan at-Tamrinat yang dilakukan setelah menyelesaikan satu maharah dari pembelajaran itu pun lebih menyempurnakan pengetahuan guru atau pendidik dalam melihat kemampuan siswanya. Penilaian ini pun selalu dilakukan secara berkesinambungan. Sementara evaluasi atau at-Taqwim akan melihat lebih lanjut dan menyeluruh dari penilaian-penilaian yang ada sebelumnya. Kalau pada proses pembelajaran, evaluasi dilakukan setelah akhir dari semua kegiatan pembelajaran.  

3.      Penutup
Evaluasi sangat di butuhkan dalam proses pembelajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Melihat pada waktu pelaksanaannya maka evaluasi tersebut di bedakan atas: di awal, yang kerap dikenal dengan Pre-Test untuk mengukur kemampuan awal atau dasar siswa atau peserta didik. Pengukuran yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, juga dapat melhat perkembangan kemampuan siswa yang berbentuk tamrinat, sedangkan yang dilakukan di akhir proses pembelajaran pun dapat lebih melihat secara menyeluruh kemampuan siswa yang dikenal dengan bentuk evaluasi atau at-taqwim.
Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa terdapat perbedaan pemahaman tentang
a.      Evaluasi, adalah suatu proses penentuan keputusan tentang kualitas suatu objek atau aktivitas dengan melibatkan pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan ditafsirkan secara sistematis.
d.      Pengukurannya, merupakan bagian dari evaluasi yang berupa produser pengumpulan data dan informasi numerik yang diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan dalam evaluasi.
e.       Tes, adalah salah satujenis alat untuk memperoleh data numerik atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu  bahan pertimbangan dalam melakukakan evaluasi.
Dengan demikian, evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu “pengukuran dan penilaian “. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukura itu adalah pengujian, dan pengujian dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.

   DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, Grafindo,1995)
M. Ngalimin P, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006) 
M. Ainin, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2006)
               Abdul Rahman bin Ibrahim Fauzan,  ‘Idaadu  Mawaadi Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah Lighairi an-Naathiqin Biha, 1428 H
 Ahmad Rusydi Thuaimah, Dalilu ‘Amal fi I’dad al-Mawad at-Ta’limiyah libaraamij Ta’lim al-‘Arabiyah, (Makkah al-Mukarramah,1985)
Abdul al-‘Azizi bin Ibrahim al-‘Ashhily, Asasiyat Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah lilnathiqina bilughoti ukhro,(Riyad, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’udi al-Islamiyah Ma’had Ta’limu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H)
Dr.Yusuf Farida Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi,(Jakarta; Rineka Cipta, 2008)



[1] . Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, Grafindo,1995) hal.1
[2].  M. Ngalimin P, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006)  hal.3
[3] . Anas Sudijono, Op.Cit, hal. 1
[4] . M. Ainin, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2006) hal.2-3
[5].  Ibid . hal. 3
[7].  Ibid
[8].  Ibid
[10].Dr. Rusydi Ahmad Thoimah,  ‘Idaadu  Mawaadi Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah Lighairi an-Naathiqin Biha, 1406 H. H. 239. Hal senada juga dikemukakan oleh Abdurrahman bin Ibrahim  al-Fauzan dalam buku  ‘Idaadu  Mawaadi Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah Lighairi an-Naathiqin Biha,1428 H
[12]. Ibid                                       
[13]. Ibid
[14]. Ibid
[15]. M. Ngalimin P,       Cit, h. 33
[16].  M.Ainin, Loc.Cit
[17].  Rusydi Ahmad Thoimah,    Cit.h. 240-241
[18]. Rusydi Ahmad Thoimah, Ibid